Sewaktu aku dan adik-adikku masih usia sekolah, Mamak dan Papa sangat suka mengajak kami untuk pergi jalan-jalan. Terkadang hanya didalam kota dan sering kali sampe menjelajah beberapa propinsi dan memakan waktu berhari-hari.
Beberapa hari yang lalu aku membuka album lama, niat membersihkan dari debu dan intip sedikit. Senyum mengambang dibibir karena wajah-wajah culunku dan adik-adikku saat berlibur. Di album itu ada 2 poto dengan tema yang sama “Anak Durhaka”. Poto yang satu bercerita tentang anak durhaka paling top se-indonesia “Si Malin Kundang” dan ada satu poto yang aku tak ada disana tapi aku tahu itu ada di lokasi anak durhaka versi Panyabungan, Tapanuli Selatan (Sumatera Utara) Sampuraga namanya . Sama-sama anak durhaka, sama-sama tak mau mengakui ibu kandungnya dan sama-sama dikutuk ibunya.
Legenda anak durhaka tidak hanya ada di Sumatera Barat dan Utara. Riaupun menyajikan legenda anak durhaka lewat Si Lancang yang dikutuk menjadi danau dan Tuaka yang dikutuk menjadi burung elang. Lain lagi dari Kalimantan Selatan “Putramarga” yang dikutuk menjadi burung punai. Sedangkan dari kota kelahiranku Tapanuli Selatan atau sekarang dikenal dengan MADINA (Mandailing Natal, red) ada kisah seorang anak durhaka bernama Sampuraga.
Terkisahkan bahwa Sampuraga adalah anak yang sangat menyayangi ibunya yang sudah lama hidup menjanda. Anak dan Ibu ini tinggal disebuah gubuk reok terletak dipedalaman. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka bekrja diladang milik orang-orang kaya dikampungnya. Berkat kejujurannya banyak pula orang yang senang akan ibu dan anak ini.
Disuatu siang Sampuraga berbincang-bincang dengan majikannya. Sang majikan berkata “hai Sampuraga alangkah baiknya jika kau merantau ke negeri orang, aku yakin kau akan mudah mendapatkan uang disana”. Dimanakah gerangannya tempat itu tuan? tanya Sampuraga. Majikan pun meberikan saran agar Sampuraga merantau ke Mandailing, sebuah tempat yang subur, dan banyak cara untuk mendapatkan uang salah satunya dengan mendulang emas. Tak khayal Sampuragapun langsung tertarik, terbayang dibenaknya bahwa dia akan mampu memberikan kebahagian untuk ibu tercinta. Sore itu Sampuraga pulang dengan wajah gembira, sesampainya dirumah maka diapun menyampaikan niat nya untuk segera merantau merubah nasib keluarga. Dengan sedih sang ibu menjawab “pergilah nak, meskipun aku akan sangat khawatir bahwa kita tak akan bertemu lagi, aku ini sudah sangat tua. Tapi untk kebahagiaan mu pergilah nak.. Betapa senangnya Sampuraga mendapat restu dari ibunya “Doa’kan raga ya bu, raga akan membuat ibu tak menderita lagi” ucapnya haru. Sang ibupun membantu raga menyiapkan bekal “pulanglah nak kalau kau sudah berhasil”
Akhirnya Sampuraga pun merantau dengan berjalan kaki, setelah berhari-hari diapun sampe di Mandailing, melihat kesejahteraan orang disana maka Sampuragapun yakin dia akan berhasil. Maka diapun melamar pekerjaan pada seorang pedagang yang kaya raya. Bermodal kejujuran akhirnya Sampuraga sangat dipercaya majikannya. Modalpun diberikan kepada Sampuraga, dari modal yang sedikit kemudian mendapat keuntungan Sampuraga menabung, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, pepatah itulah kiranya yang terjadi kepada Sampuraga. Nama Sampuragapun tersebar sebagai pengusaha muda jujur yang kaya raya. Majikannyapun sangat bangga akan keberhasilan Sampuraga, saking bangganya sang majikan meminta Sampuraga menjadi menantunya. Tentu saja Sampuraga menyambut dengan hati yang gembira. Maka Pesta pernikahanpun disiapka. Puluhan kerbau, kambing sudah disiapkan bahkan alat musik Gondang Sambilan (Gendang berjumlah sembilan) dan Gondang boru (Gendang 2 buah) yang merupakan alat musik adat yang tampil dipesta pernikahan mewah sudah disiapkan. Berita pernikahan yang heboh ini telah sampai kepenjuru kampung, bahkan berita ini menghampiri janda tua di gubuk reot nya. Tak percaya rasanya ketika mendenga nama Sampuraga, benarkah itu anakku?tanya janda tua ini dalam hati. Ada keraguan namun untuk meyakinkannya maka janda tua ini berniat menghadiri pesta pernikahan tersebut. Bergegas janda tua itu menuju tempat pernikahan, berharap akan tiba sebelum hari pernikahan. Akhirnya sang ibu pun sampai di kampung Sampuraga, ramai sekalai orang yang datang, ditenga keramaian sang ibu mendesak masuk…dan betapa air mata langsung membasahi pipinya..subhanallah benarlah bahwa itu adalah anakku Sampuraga..dengan bergetar janda tua itu memekik berteriak melepaskan rindu :Ragaaa…Sampuragaaaaa anakku”.. Betapa kagetnya Sampuraga, dia tahu bahwa itu adalah suara ibunya, Ibu tercintanya. Egois menghalangi langkah Sampuraga untuk memeluk sang ibu tercinta, hasutan setan ditelinga membuatnya bertahan, membuatnya merasa malu, “apa kata orang jika melihat janda tua miskin itu adalah ibu kandungnya. Maka dengan lantang Sampuraga berteriak “siapa kau ? seenaknya memanggil ku anak ?” Ibu ku sudah meninggal, pengawal tolong usir wanita tua itu, perintah Sampuraga.
Janda tua itu menangis, dipandanginya wajah sampuraga, dalam keadaan terseret sang ibu bermohon kepada sang kuasa, jika benar dia anakku maka beri dia pelajaran karena sudah tak menghargai ibunya. Seketika itu langit menjadi gelap, petir menyambar, hujan deras membuat pesta mewah menjadi berantakan, orang-orang lari menyelamatkan diri, kambing dan kerbau terlempar kemana-mana, gondang sambilan pun melayang. Keesokan harinya dilokasi itu muncullah sebuah kolam panas, airnya memancar , menggelegak panas disekitar tempat itu ada batu yang menyerupai kerbau, menyerupai alat-alat masak. Sejak saat itu diyakini bahwa Sampuraga terkutuk menjadi air panas.
Ketika aku berlibur kesana kolam itu masih panas, meskipun kata mamak dahulu jauh lebih panas. Dan ketika kita berteriak menghadap kolam panas tersebut “hei Sampuraga na maila marinang (Hei Sampuraga anak yang malu ber-ibu)” maka kolam itu pun akan menyemburkan air panasnya keatas, dikisahkan itu adalah air mata penyesalan dari Sampuraga. Aku dan adikkupun berteriak berulang-ulang menyebutkannya “Sampuraga anak na maila marinang” maka semburannya akan semakin tinggi. Dahulu tempat wisata ini banyak dikunjungi dan disana kita bisa membeli telur mentah kemudian dengan jaring ikan kita masukkan terlur tersebut kekolam, tunggu sekitar 10 menit telur tersebut sudah matang dan siap disantap sebagai telur rebus :)
Kalau dipikir-pikir banyak juga kisah anak durhaka di Indonesia ini..pengen dengar kisah bule yang jadi anak durhaka ada gak ?? ini cerita ku ..mana cerita mu ?? Semoga kita adalah anak-anak yang membahagiakan dan membanggakan kedua orang tua kita..aamiin
Kalau anda tertarik mengunjungi Sampuraga silahkan berkunjung ke Sumatera Utara, berkisar 10-12 Jam dari kota Medan, selain mengunjungi Sampuraga di Tapanuli Selatan sangat kaya akan wisata kulinernya seperti Toge, bukan sembarang toge, toge ini merupakan jenis makanan hampir menyerupai es Campur tapi rasanya sangat khas, kemudian keripik sambal nan aduhai enaknya, ada lagi kipang yang terbuat dari ketan atau beras menyerupai rengginang, es Tebak es menyerupai cendol tapi tanpa santan diberi sirup merah dijamin menyegarkan dan banyak lagi wisata alam yang menarik lain waktu akan kita bahas makanan khas daerah Tapanuli Selatan.
* Di Wikipidea Sampuraga adalah kisah anak durhaka dari Kalimantan Tengah, Kab. Lamandau, dikutuk menjadi bukit batu yang mirip runtuhan kapal.
Ulihape